STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BENAYUK VERSI DESA SEPALA DALUNG KABUPATEN TANA TIDUNG: KAJIAN STRUKTURALISME NARATOLOGI

Wahyu Al Hidayat, Endang Dwi Sulistyowati, Alfian Rokhmansyah

Abstract


This study aimed to describe the structure and function of the Benayuk folklore by Sepala Dalung version. This folklore tells of a King named Benayuk of the Menjelutung Kingdom. The Tidung tribe society believed that Benayuk was their first King and Menjelutung was their oldest Kingdom. In addition, it could be seen the several indications that the folklore affected to the Sepala Dalung society. These make the Benayuk folklore interesting to study. This study uses the descriptive method that aimed to describe the structure and function of the Benayuk folklore for the Sepala Dalung society through the stage of observation, interview, recording and notes, and analysis data through the stages of data identification, classification, and description. The preliminary analysis used Algirdas Julien Greimas's narratological structuralism to describe the structure of the Benayuk folklore by Sepala Dalung version. The results of the study showed 4 acting schemes and functional models in the Benayuk folklore by Sepala Dalung version. The results of the preliminary analysis are used as the basis for continued onto the next analysis, which is the analysis of the function of the Benayuk folklore for the Sepala Dalung community by used the folklore function theory. In this section, the several functions of the Benayuk folklore are found for the Sepala Dalung society. The second one is that the Benayuk folklore could be used for social authorization in the form of the endorsement and recognition for the Menjelutung Kingdom and the social norms in the form of prohibitions and recommendations. The second is that the Benayuk folklore can be used to enforcing the validity of social norms inform the prohibition to be close to the whirlpool, said a bad word, created problem in the society, and the recommendation to said greetings and stayed alert when the Sesayap River recedes. The last one is that the Benayuk folklore could be used to educate the children not to help each other in crime and respect to the social norms that applied in Sepala Dalung society.

 

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan fungsi cerita rakyat Benayuk versi Sepala Dalung. Cerita rakyat ini menceritakan tentang seorang raja bernama Benayuk di Kerajaan Menjelutung. Masyarakat suku Tidung percaya bahwa Benayuk adalah raja pertama mereka dan Menjelutung adalah kerajaan mereka. Di samping itu, terlihat indikasi bahwa cerita tersebut berpengaruh bagi masyarakat Sepala Dalung. Hal tersebut yang membuat cerita rakyat Benayuk menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan fungsi cerita tersebut bagi masyarakat Sepala Dalung melalui tahapan pengamatan, wawancara, rekam dan catat, dan analisis data melalui tahap identifikasi data, klasifikasi, dan deskripsi. Analisis awal menggunakan teori strukturalisme naratologi Algirdas Julien Greimas untuk menggambarkan struktur cerita rakyat Benayuk versi Sepala Dalung. Hasil penelitian menunjukkan empat pola aktan dan model fungsional pada cerita rakyat Benayuk versi Sepala Dalung. Hasil analisis awal tersebut dijadikan dasar untuk melanjutkan ke analisis selanjutnya, yaitu analisis fungsi cerita rakyat Benayuk bagi masyarakat Sepala Dalung menggunakan teori fungsi cerita rakyat. Pada bagian ini, ditemukan beberapa fungsi cerita rakyat Benayuk bagi masyarakat Sepala Dalung. Pertama, alat pengesahan sosial berupa pengesahan atau pengakuan atas eksistensi Kerajaan Menjelutung dan norma-norma sosial berupa larangan serta anjuran. Kedua, pemaksa berlakunya norma-norma sosial berupa larangan mendekati pusaran air, berkata-kata buruk, membuat keributan di masyarakat, serta anjuran mengucap salam, dan tetap waspada saat sungai Sesayap sedang surut. Terakhir, alat pendidikan anak agar tidak melakukan tolong-menolong dalam kejahatan dan pemalsuan, tidak mempermainkan binatang, serta mematuhi norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat Sepala Dalung.

 


Keywords


cerita rakyat, Benayuk, strukturalisme, fungsi

Full Text:

PDF

References


Alaini, Nining Nur. 2013. “Cerita Rakyat Putri Mandalika sebagai Sarana Pewarisan Budaya dan Local Genius Sasak” dalam Endraswara, Suwardi (ed.). Folklor dan Folklife dalam Kehidupan Dunia Modern: Kesatuan dan Keberagaman. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Astika, I Made dan I Nyoman Yasa. 2014. Sastra Lisan; Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Endraswara (ed.). 2013. Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Timur.

Jabrohim. 1996. Pasar dalam Perspektif Greimas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Oktalina, Lidia, Abdurahman, dan Hamidin. 2013. Struktur dan Fungsi Sosial Cerita Rakyat Si Bageje di Jorong Sawah Mudik Nagari Batahan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=75353&val=1518 (diunduh 9 Mei 2016).

Istian, I., Hudiyono, Y., & Rokhmansyah, A. 2017. “Bentuk, Fungsi, dan Nilai Tuturan dalam Upacara Adat Biduk Bebandung Suku Bulungan: Kajian Folklor” dalam Ilmu Budaya, 1(4), 265–278.

Prasetyo, Bagus. 2013. Definisi Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat beserta Contoh Masing-Masing. http://bagoezzone.blogspot.co.id/2013/03/definisi-mitos-legenda-dan-cerita.html (diakses 5 Maret 2016).

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rokhmansyah, A. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rokhmansyah, A. 2016. “Morfologi Cerita Rakyat Kutai Kartanegara Putri Silu: Analisis Naratologi Vladimir Propp” dalam Sirok Bastra, 4(1), 79–87. Retrieved from http://sirokbastra.kemdikbud.go.id/index.php/sirokbastra/article/view/77

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saputra, Indra. 2013. Pengertian dan Ciri-ciri Cerita Rakyat. https://mynameis8.wordpress.com/2013/08/01/pengertian-dan-ciri-ciri-cerita-rakyat/ (diakses 1 Oktober 2016).

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Susanto, Hadi. 2015. Strukturalisme Model Greimas. https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/25/strukturalisme-model-greimas/ (diakses 1 Oktober 2016).

Syuhada, Murtadlo, A., & Rokhmansyah, A. 2018. “Nilai dalam Cerita Rakyat Suku Dayak Tunjung Tulur Aji Jangkat Di Kutai Barat: Kajian Folklor” dalam Ilmu Budaya (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni Dan Budaya), 2(2), 188–195.

Teeuw, A. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani'ah. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.




DOI: http://dx.doi.org/10.30872/jbssb.v3i4.2383

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Wahyu Al Hidayat, Endang Dwi Sulistyowati, Alfian Rokhmansyah

Editorial address:

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman
Jl. Ki Hajar Dewantara, Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75123
Email: jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.com
Website: http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB 

 

Creative Commons License

Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License