https://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/issue/feedIlmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya2024-03-23T20:45:32+08:00Dr. Mardliya Pratiwi Zamruddin, S.S., M.A.TESOL.jurnalilmubudaya.fibunmul@gmail.comOpen Journal Systems<p><em>Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya</em> is a peer-reviewed and open-access scientific journal managed by the Faculty of Cultural Studies, Mulawarman University, Indonesia. This journal is published four times a year in January, April, July, and October.</p><p><em>Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya</em> accepts submissions of original articles publishes research results in the fields of culture, literature, language, and arts that have not been published elsewhere or processed for publication anywhere and demonstrate no plagiarism. All published articles have been reviewed by peer-reviewers and edited by editors. At least some review partners will review the submitted manuscripts. Manuscript submissions are open throughout the year. Before submission, please ensure that the manuscript is in Indonesian or English, follows the focus and scope author's guidelines, and that your paper is prepared using the journal template. The manuscript's prerequisites, standards, and format are listed in the author's guidelines and templates.</p><p>In 2019, <em>Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya</em> received accreditation at Sinta level 4 from the Ministry of Research, Technology, and Higher Education of the Republic of Indonesia, as per Decree No. 36/E/KPT/2019 dated December 13, 2019. The accreditation is valid for 5 years, starting from Volume 3 Number 4 (2019) to Volume 8 Number 1 (2024).</p><p><strong>e-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1488169682" target="_blank">2549-7715</a></strong></p>https://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14075Mbesan Wedding Tradition in Banyumas, Banjarnegara, Cilacap and Purbalingga (Study of Culture and Religion)2024-03-10T20:48:10+08:00Malia Fransiscamaliafransisca2018@gmail.comAbdullah Idimaliafransisca2018@gmail.comMuhammad Syawaluddinmaliafransisca2018@gmail.comThis article wants to reveal the phenomenon of wedding traditions that exist in the Karisedenan area of Banyumas (Banyumas, Banjarnegara, Cilacap and Purbalingga). This wedding tradition in called <em>mbesan</em>. In practice, this <em>mbesan</em> tradition before holding a wedding ceremony at the bride’s house (reception), there is an event such as praying for the bride and groom before sailing the ship of the next life. The <em>mbesan</em> tradition is carried out at the groom's house, but the two brides do not yet have a marriage contract. The purpose of writing this article is to inform the public that Indonesia is rich in traditions, one of which is the <em>mbesan</em> tradition which is the hallmark of the Banyumas area and its surroundings and the impact of this <em>mbesan</em> tradition. The method used in this research is qualitative with phenomenological, sociological and cultural approaches. The results of this study found that in the <em>mbesan</em> tradition which has become the customs of the people of Banyumas, Cilacap, Purbalingga and Banjarnegara there are sides that are not in accordance with Islamic teachings because in practice the bridegroom and bride carry out the event at the groom but both have not yet carried out the marriage contract.2024-01-19T15:23:33+08:00Copyright (c) 2024 Malia Fransiscahttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14072Pendidikan Inklusif: Membangun Lingkungan Pembelajaran Yang Mendukung Kesetaraan Dan Kearifan Budaya2024-03-10T20:48:10+08:00Umi Nadhirohumin0397@gmail.comAnas Ahmadiumin0397@gmail.com<p>Dalam era kemajuan pendidikan, tantangan dan peluang terus muncul, dan salah satu paradigma pendidikan yang semakin diperhatikan adalah pendidikan inklusif. Penelitian ini bertujuan untuk menyelami lebih dalam konsep pendidikan inklusif, menggali pentingnya membangun pembelajaran yang mendukung kesetaraan dan mengimplementasikan nilai-nilai kearifan budaya di dalamnya. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan studi kepustakaan. Pembelajaran inklusif yang menggabungkan kesetaraan dan kearifan budaya melibatkan berbagai strategi, termasuk penggunaan metode pembelajaran, kurikulum yang responsif terhadap budaya, partisipasi orang tua, dan penilaian yang beragam. Dengan menyatukan semua aspek, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung kesetaraan, menghargai keberagaman budaya, dan memungkinkan setiap peserta didik untuk mencapai potensinya secara optimal.</p>2024-01-19T15:44:32+08:00Copyright (c) 2024 Umi Nadhirohhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/13489Black and White Women’s Struggle during the Victorian Era Portrayed in The Various Flavors of Coffee Novel by Anthony Capella2024-03-10T20:48:10+08:00Rihhadatul Aisyaisygunadi@gmail.conRirin Setyowatiaisygunadi@gmail.conJonathan Irene Sartika Dewi Maxaisygunadi@gmail.conThis research is expected to give readers the knowledge of understanding and appreciating literary works, especially those written about women. The methodology of this research is a descriptive qualitative method with a novel entitled The Various Flavors of Coffee (2008) written by Anthony Capella as the object. It analyzes the paragraphs, narrations, quotations and sentences from the novel that shows the theory of women struggle from the main female characters in order to be able to answer the research question. The results of this research shows how women struggled in five sectors in life, those are the working field, financial dependence, political rights, education, sexual exploitation and marriage.2024-01-24T10:34:26+08:00Copyright (c) 2024 Rihhadatul Aisy, Ririn Setyowati, Jonathan Irene Sartika Dewi Maxhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/12720Perlawanan Tokoh Utama Perempuan terhadap Budaya Patriarki dalam Naskah Film Dua Garis Biru Karya Gina S. Noer2024-03-23T20:24:29+08:00Alifia Herika Bachrinalifiabachrin@gmail.comIrma Surayya Hanumsurayya.hanum@gmail.comEka Yusriansyahekayusriansyah@fib.unmul.ac.id<p>Budaya dan tradisi masyarakat telah menormalisasi segala bentuk opresi terhadap perempuan, karena pemberlakuan budaya patriarki yang menganggap status laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan kenyataan ini, terciptalah gerakan feminisme sebagai upaya memperjuangkan keadilan gender, salah satunya termanifestasi dalam naskah film<em> Dua Garis Biru</em> karya Gina S. Noer yang secara khusus menonjolkan perjuangan tokoh utama perempuan dalam menggaungkan keberadaannya lewat segala bentuk perlawanan terhadap budaya patriarki yang dialami di masyarakat. Penelitian kepustakaan ini membahas bentuk-bentuk budaya patriarki yang dialami tokoh utama perempuan dalam naskah film, serta caranya melawan setiap bentuk ketidakadilan gender lewat tinjauan feminisme dan pendekatan deskriptif kualitatif. Melalui deskripsi naskah film, didapati hasil bahwa tokoh utama perempuan mengalami berbagai bentuk ketidakadilan akibat statusnya sebagai perempuan di masyarakat patriarki, berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan verbal, hingga beban kerja berlebih. Namun, tokoh utama perempuan dalam naskah film secara aktif terlibat dalam mengatakan secara tegas pendapatnya tentang tiap keputusan yang dapat memengaruhi diri serta orang-orang sekitarnya. Pada akhirnya, perjuangan yang ia lakukan berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan budaya patriarki dan mendeklarasikan dirinya sebagai individu yang konkret—diakui keberadaannya, mempunyai tujuan hidup, dan bebas menentukan jalan hidupnya sendiri.</p><p>_____________________________</p><p><em>Society’s culture and tradition have normalized every kind of oppression to women, due to patriarch culture of making men’s status higher than women been applied. Based on this circumstances, feminist movement has been made as an attempt to stand up for gender equality, in which one has been manifested in </em>Dua Garis Biru<em> film script by Gina S. Noer that especially highlight female main lead struggles to echoing her existence by doing any kind of counterwork against the patriarch culture which people are projecting towards her. This literature research will </em><em>uses feminism point of view and qualitative descriptive method to examine any kind of patriarch culture experienced by the female main lead in the film script, and how she fights against those gender inequality. Through the film script descriptions, the result showed that the female main lead has been experiencing several kinds of inequity in the society caused by her status as woman in the eye of patriarch, which are marginalization, subordination, stereotype, verbal violation, even excess workload. Hence the female main lead in the film script been actively involved in decisively spoke her own mind about every little decision which going to be impactful towards herself and others around her. At the end, her struggles which she had been through had liberated herself from the confinement of patriarch culture and she declared herself clearly as one actual human being—which her existence being acknowledged, having her own life purpose, and free to choose her choice in life.</em></p>2024-01-27T14:22:42+08:00Copyright (c) 2024 Alifia Herika Bachrin, Irma Surayya Hanum, Eka Yusriansyahhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/13735Lapis Roman Ingarden dalam Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari: Apresiasi Sastra2024-03-23T20:35:35+08:00Febriyanti Tri Wahyuningtyasfebriyanti2632102059@student.uns.ac.idAsep Yudha Wirajayaasepyudha.w@gmail.com<p class="Normal1">Dalam penelitian ini dibahas penggunaan strata norma lapis Roman Ingarden dalam teater monolog. Permasalahan dalam penelitian ini berfokus pada pemakaian strata norma lapis roman ingarden. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian ini berupa teks monolog. Sumber data penelitian ini adalah video penampilan monolog Balada Sumirah oleh Tentrem Lestari. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak-catat. Penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik ganti sebagai metode analisis data. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk informal. Dalam hasil analisis data, diterangkan penggunaan strata lapis Roman Ingarden memengaruhi penjiwaan monolog yang disampaikan, serta menerangkan unsur-unsur karya sastra dalam pembawaan monolog.</p>2024-01-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Febriyanti Tri Wahyuningtyas, Asep Yudha Wirajayahttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/13542Representasi Budaya Sumatera Selatan dalam Film Pendek “Lenget”2024-03-23T20:40:29+08:00Eduar Eduareduar@mail.ugm.ac.id<p>Tujuan penelitian ini yaitu meneliti dan mendeskripsikan nilai budaya yang direpresentasikan dalam film “Lenget”. “Lenget” merupakan sebuah film pendek berbahasa Melayu Palembang yang diproduksi oleh Komunitas Layar Taman dan dirilis pada tahun 2021. Sumber data dalam penelitian ini adalah film “Lenget” dengan data yang digunakan berupa potongan gambar dari adegan atau scene dalam film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi tanda berdasarkan symbol, object, dan interpretant yang dikenal sebagai segitiga triadik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce maka ditemukan empat data yang merepresentasikan nilai budaya dalam film “Lenget”. Film “Lenget” merepresentasikan budaya pakaian adat, penggunaan bahasa, bentuk rumah yang masuk ke dalam kategori sistem bahasa, kesenian, dan juga organisasi sosial. Temuan tersebut dapat dilihat dalam analisis penelitian yang sudah dilakukan. </p><p><strong>Kata kunci: </strong>Semiotika, Budaya, Representasi, Film</p>2024-01-29T11:21:29+08:00Copyright (c) 2024 Eduar Eduarhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14019Skema Citra Identitas pada Metafora dalam Lagu-Lagu Kings Of Convenience: Kajian Semantik Kognitif2024-03-23T20:45:32+08:00Ariani Dwi Puteriarianidwiputeri@gmail.comTajudin Nurarianidwiputeri@gmail.com<p>Penelitian skema citra identitas ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Data penelitian diambil dari lirik lagu-lagu <em>Kings of Convenience</em>, berjudul <em>Mrs. Cold</em>, <em>Love Is A Lonely Thing</em> dan <em>Cayman Islands</em> dari situs internet. Teori yang digunakan adalah skema citra, bentuk dan jenis metafora yang terdapat pada data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan teori Cruse dan Croft (2004) terdapat spesifik skema citra identitas sebanyak 14 data. Skema citra identitas yang muncul didukung oleh teori Sprecher dan Duck (1994) yang membagi skema citra identitas menjadi dua, yaitu kesesuaian <em>(matching)</em> dan superimposisi <em>(superimposition). </em>Teori skema citra identitas ini dapat diaplikasikan di dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu ilmu linguistik yang berhubungan dengan semantik kognitif.<em> </em>Jenis skema citra identitas sesuai ditemukan 12 data, sedangkan skema citra superimposisi ditemukan 2 data. Setelah itu pengklasifikasian jenis metafora yang muncul menggunakan teori Lakoff dan Johnson (2003), ditemukan 6 metafora struktural dan 8 metafora ontologis.</p>2024-01-30T09:55:02+08:00Copyright (c) 2024 Ariani Dwi Puterihttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14795Akumulasi Modal Korrie Layun Rampan dalam Menembus Arena Sastra Indonesia2024-03-10T20:48:10+08:00Aflaz Maosul Kamilahaflazmaosulkamilah@mail.ugm.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk membahas akumulasi modal Korrie Layun Rampan dalam menembus arena sastra Indonesia. Korrie merupakan salah seorang pengarang Indonesia yang terkenal dengan produktivitas dan karya-karyanya yang berkualitas. Pada 1976, ia pernah memenangkan sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan novelnya yang berjudul <em>Upacara</em>. Hal inilah yang kemudian membuat Korrie mulai dikenal oleh publik sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Pierre Bourdieu tentang arena produksi kultural, khususnya tentang modal dan arena. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga modal yang digunakan Korrie untuk menembus arena sastra Indonesia, yaitu modal budaya, sosial, dan simbolik. Modal budaya berupa perpustakaan pribadi milik sang ayah, sering membawa warna lokal Dayak Benuaq dalam karya-karya yang ditulisnya, serta produktif dalam menulis karya-karya sastra yang berkualitas; modal sosial berupa bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK), menjadi pengajar, wartawan, editor, redaktur, anggota DPRD Kutai Barat, serta bergabung dengan sejumlah komunitas sastra dan budaya; modal simbolik berupa legitimasi dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), majalah <em>Horison</em>, serta berbagai penghargaan dan apresiasi yang diberikan kepadanya. Dengan mengakumulasi semua modal tersebut, posisi Korrie di arena sastra Indonesia pun kian kokoh dan spesifik.</p><p><strong>Kata kunci:</strong> modal, arena, sastra, Korrie Layun Rampan, Pierre Bourdieu</p>2024-03-06T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Aflaz Maosul Kamilahhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14689Kosmopolitanisme Estetika dalam Musik Latin Sebagai Bentuk Representasi Identitas Nasional & Budaya2024-03-10T20:48:10+08:00Nurul Sriwulandari Nurnurulsriwulandarinur@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep kosmopolitanisme estetik dalam musik Latin sebagai bentuk representasi identitas serta menganalisis bagaimana seniman musik Latin menggunakan estetika kosmopolitan untuk mengekspresikan identitas mereka dan menarik audiens yang beragam. Penelitian ini menghadirkan studi kasus genre musik Latin populer seperti reggaeton dan pengaruhnya terhadap pembentukan identitas nasional dan budaya Latin di Amerika Serikat. Penelitian ini mengilustrasikan bagaimana seniman bernegosiasi antara pengaruh budaya global dan lokal untuk menciptakan identitas unik yang beresonansi dengan penonton di seluruh dunia. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data dari penelitian didapatkan melalui metode <em>library research</em> dimana data-data tersebut dikumpulkan melalui buku,jurnal dan dokumen resmi. Pada akhirnya, artikel tersebut berpendapat bahwa kosmopolitanisme estetik dalam musik Latin tidak hanya mencerminkan kompleksitas pembentukan identitas kontemporer tetapi juga memiliki potensi untuk mempromosikan pemahaman budaya dan dialog lintas batas.</p><p><strong>Kata Kunci:</strong> Kosmopolitanisme Estetik, Estetika Musik, Musik Latin, Pembentukan Identitas, Amerika Serikat</p>2024-03-10T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Nurul Sriwulandari Nurhttps://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/14131Unsur Naratif Pada Permainan Seluler “Selera Nusantara – Episode: Nasi Goreng”2024-03-10T20:48:10+08:00Fredy Nugroho Setiawanfredyns@ub.ac.id<p><span>“Selera Nusantara” is a mobile simulation game from Indonesia. The game not only offers cooking simulation challenges for the players but also provides information about the main characters who appear between game levels. The existence of story elements in the permainan seluler is the focus of this research. In this case, we chose “Selera Nusantara – Episode: Nasi Goreng” as the object of study. This research is about how the narrative aspect in the permainan seluler "Selera Nusantara – Episode: Nasi Goreng" is built. The arguments proposed by Egenfeldt-Nielsen, Smith, and Tosca in their book, Understanding Video Games (2020), are used as the theoretical framework of this research, especially the discussion about narrative. The results of this research show that the narrative aspect in "Selera Nusantara - Episode: Nasi Goreng" is constructed through a series of cutscenes which, if separated from the game mechanics and put together sequentially from level to level of the game, form a progressive plot identical with stories in short stories, novels, or film. Although integrated in the game, the plot does not affect the simulation game session. However, to be able to understand the complete series of stories that form the context of the game world (gamespace), players must go through each stage of the level. Thus, it can be concluded that the story fragments which become the background of "Selera Nusantara – Episode: Nasi Goreng" provide a narrative to the game, which makes it a form of ergodic literature.</span></p>2024-03-10T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Fredy Nugroho Setiawan